Beranda | Artikel
Sifat Dzatiyah dan Filiyah
Jumat, 12 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Sifat Dzatiyah dan Fi’liyah ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 28 Rajab 1442 H / 12 Maret 2021 M.

Kajian Tentang Sifat Dzatiyah dan Fi’liyah

Sebelumnya kita telah menjelaskan bahwa sifat yang tertera dalam Al-Qur’an secara global terbagi dua:

  1. Sifat Tsubutiyah, yaitu yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi diriNya dan itu semua adalah sifat kesempurnaan, tidak ada kekurangan, kecacatan dan kejelekan dalam sifat tersebut. Dan itu sangat banyak, karena setiap nama  mengandung makna dan makna tersebut adalah sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. Sifat Salbiyah/manfiyah, yaitu yang ditiadakan/dinafikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tujuan Allah menafikan sifat tersebut bukan sekedar meniadakan saja, tapi hakikatnya adalah menetapkan sifat kesempurnaan yang merupakan lawan dari sifat kekurangan tersebut.

Baca di sini: Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah

Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga memahami bahwa sifat tsubutiyah bila ditinjau dari keterkaitan sifat tersebut dengan Dzat Allah dan juga perbuatanNya, maka terbagi dua; yaitu sifat Dzatiyah dan Fi’liyah.

Tentunya pembagian seperti ini bukanlah merupakan prinsip yang sangat mendasar di dalam aqidah Ahlus Sunnah tentang ma’rifatullah untuk membagi sifat-sifat tersebut secara luas sebagaimana metodologi ahlul kalam. Tapi aqidah Ahlus Sunnah menetapkan semua sifat yang tertera dalam Al-Qur’an dan hadits, apakah itu berkaitan dengan Dzat Allah, atau perbuatan, atau yang lainnya.

Ahlus Sunnah hakikatnya bukan kelompok yang membagi-bagi sifat dengan akal dan pikiran mereka. Cukuplah bagi mereka begitu terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits tentang sifat-sifat Allah, maka ditetapkan, tidak diselewengkan, tidak diingkari, tidak diserupakan dengan sifat makhluk, dan juga tidak ditanyakan tentang hakikat sifat tersebut. Dengan demikian Ahlus Sunnah akan selamat dalam memahami perkara yang sangat urgent ini, yaitu mengenal Allah dan sifat-sifatNya.

Akan tetapi tatkala ahlul kalam berbicara tentang masalah ketauhidan ini dengan akal/logika semata, tentunya ini telah terkontaminasi dengan teori-teori filsafat, maka mau tidak Ahlus Sunnah harus membantah/menjelaskan/mengkritisi aqidah-aqidah ahlul kalalm tersebut. Sehingga dengan demikian Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan segala keberatan yang ada dalam jiwa mereka untuk ikut campur dalam menjelaskan kepada umat tentang aqidah yang benar bahwa pembagian yang benar adalah sesuai dengan apa yang dipahami dari nash-nash Al-Qur’an dan juga dengan logika yang benar.

Maka Ahlus Sunnah meluruskan makna yang benar dengan kaidah-kaidah Ahlus Sunnah yang selamat dari penyimpangan-penyimpangan aqidah-aqidah ahlul kalam.

Sifat Dzatiyah

Sifat Dzatiyah adalah sifat-sifat yang selalu menyertai Dzat Allah dan tidak pernah terpisah dari diri Allah. Oleh karena itu yang namanya sifat Dzatiyah, kata para ulama:

التي لم يزل ولا يزال متصفاً بها

“Sifat yang selalu menyertai diri Allah, tidak terpisah dari diri Allah.”

Sifat ini ditetapkan dengan dalil syariat dan akal yang sehat. Ada juga sifat dzatiyah ini yang hanya ditetapkan dengan dalil saja, dimana akal tidak bisa mencerna dan menetapkan. Yaitu sifat-sifat khabariyah, berita yang datang dari Allah. Tidak ada peluang bagi akal untuk berijtihad atau menganalogikan. Artinya jika tidak terdapat dalam hadits penetapan tentang sifat tersebut, maka tidak akan mungkin kita mengatakan Allah memiliki sifat ini dan itu.

Sifat Fi’liyah

Sifat Fi’liyah yaitu sifat-sifat yang senantiasa berkaitan dengan kehendak Allah. Jadi bila Allah berkehendak Allah melakukan, apabila Allah menginginkan sesuatu, maka Allah lakukan.

Perbuatan tersebut muncul setelah ada iradah muqarinah, yaitu iradah yang menyertai sesuatu tersebut sehingga setelah itu muncul sesuatu itu. Berbeda dengan iradah sabiqah yang telah terjadi. Tapi tatkala Allah menginginkan sesuatu, seketika itu Allah mengatakan “Kun”, maka terjadilah.

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Apabila Allah menginginkan sesuatu, maka Allah akan mengatakan ‘kun (jadilah)’, maka seketika itu akan terjadi.” (QS. Ya Sin[36]: 82)

Maka Allah melakukan sesuai dengan kehendakNya kapan saja dan apa saja yang semua itu berkaitan dengan kehendak Allah.

Bagaimana penjelasan lengkap beserta contoh-contohnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49932-sifat-dzatiyah-dan-filiyah/